Sabtu, 24 Oktober 2009

Lampu Pijar 40 Watt

Ada 2 lampu di kamar kosan gw yg baru. Kedua lampu itu sama-sama "Philps" merknya. Yang satu lampu pijar dengan daya 40 watt, yang satu lagi lampu susu (jenis yg berwarna putih itu loh...) dengan daya 120 watt, konon ini lampu paling terang di kelasnya (paling enggak versi mas-mas Yogya Ciwalk...).

Dua lampu ini gw display dalam perlakuan yg berbeda. Yg lampu pijar gw jadikan lampu sorot, menyorot ke arah tembok sehingga saat lampu ini saja yg dinyalakan penerangan seluruh kamar hanya berasal dari biasan cahayanya saja. Efek yg ditimbulkan ini sangat indah. Efek sephia dalam keremangan cahaya dalam suasana yg romantis...

Saat menggunakan lampu ini, semua terlihat begitu indah. Meja, laptop, rak buku, dispenser, rice cooker, sepatu joging dan semua barang gw yg sudah usang tampak keren. Tidak tampak kerak-kerak kotoran dan debu yg sudah berjibun menempel dipermukaannya. Semua terlihat indah. Komposisi barang-barang yg sudah lama nggak diberesin dan sama sekali nggak tertatapun terlihat indah, bahkan cenderung artistik. Bahkan sebelum mengetik tulisan ini gw sempet berkaca dan melihat diri gw yg selama ini dibilang pas-pasan nampak keren di depan cermin!

***

Sekian lama berselang dan merasa bosan, gw pun mematikan sang lampu pijar tadi. Gw beralih dan nyalain sang lampu susu 120 watt. Lampu ini gw gantung di tengah ruangan. Cahayanya berpencar, menerangi seluruh ruangan dengan ratanya. Mulai deh gw nyalain lampunya... Sang Philips super terang versi SPG Philips Yogya Ciwalk...

Jreng jreng jreng!!!... Semua realita mulai bermunculan. Komposisi tatanan artistik barang-barang di atas meja raib seketika itu juga! Kerak nasi merah di ricecooker tiba-tiba nongol! Debu-debu yg menempel di meja dan rakbuku melengkapi kenyataan akan betapa berantakannya penataan mereka. Sepatu joging warna putih gw seakan berteriak rintih, "Kapan kau akan mencuci saya tuan...". Sambel geleng-geleng kepala berharap ini semua nggak nyata, gw lari ke depan cermin. Duak! Seakan ditimpuk batu kali segede gaban gw jadi sadar, muka gw masih ancur. Lubang-lubang bekas jerawat nongol melengkapi penderitaan badan bertipe jauh dari keren yg sangat memerlukan perawatan dengan segera!

subhanaLLoh...

Betapa besar hikmah yg bisa dipetik dari lampu yg ada di kamar kosan baru gw ini... Gw yg selama ini seakan hidup di lampu remang yg menyorot dibutakan oleh efek fatamorgana saja. Pengaruh cahaya artistik sorotan lampu pijar 40 watt membutakan gw ama kenyataan akan keadaan kamar yg sebenernya. Berbeda dengan lampu susu 120 watt. Cahayanya yg menyebar ngebuat semua terlihat lebih jelas. Semua kenyataan bermunculan, dan gw akui nggak semuanya indah... Gw ternyata nggak seganteng gw yg ada di cermin pas gw liat di cahaya remang-remang dulu... Kamar gw ternyata nggak sekeren yg pernah gw liat pas masi gelap. Sepatu gwpun... Well, masih keren si, tapi nggak sekinclong yg gw bayangin...

Sadar akan kenyataan terkadang memang membuat kita sedih. Beralih ke sudut pandang yg objektif, beranjak dari yg subjektif, membuat kita bangun dan melihat yg sebenarnya... Mana yg benar, mana yg salah? Ternyata semua tergantung dari mana kita melihat, dan lampu mana yg kita pilih... Lampu sorot yg redup dan memanjakan mata, atau lampu super terang yg menyadarkan akan kenyataan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar